Membuat sebuah wahana antariksa yang mampu bekerja dengan maksimal
dengan kondisi lingkungan yang ekstrem dan jarak yang jauhnya
berjuta-juta kilometer dari Bumi tidaklah mudah.
Ilmuwan harus membuat wahana itu sesempurna mungkin sehingga saat
diluncurkan semua instrumen bisa bekerja dengan baik sesuai yang
diharapkan. Sebab jika terjadi sedikit saja kesalahan, maka tidak ada
cara untuk memperbaikinya dan seketika itu juga wahana antariksa dengan
harga berjuta-juta dolar tersebut akan berubah menjadi sampah luar
angkasa.
Ilmuwan dan teknisi NASA sedang mengerjakan pembuatan satelit STEREO dalam clean room.
Image credit: NASA
Hal itulah yang membuat para ilmuwan NASA dituntut untuk bekerja dengan
tepat, teliti, dan cermat untuk menghindari kesalahan seminimal mungkin
bahkan sebisa mungkin nol persen. Biasanya mereka bekerja dalam ruangan
yang disebut dengan "Clean Room" atau yang biasa diterjemahkan sebagai kamar / ruang bersih atau kamar steril.
Tidak sembarang orang bisa memasuki Clean Room tersebut. Hanya orang
yang mempunyai akses khusus yang bisa masuk. Itu pun dengan syarat
mereka harus menggunakan serangkaian perlengkapan seperti baju khusus,
masker, penutup rambut, sepatu khusus, sarung tangan dan sebagainya.
Bahkan tidak jarang mereka harus mandi atau disemprot dengan cairan
tertentu untuk menyeterilkan diri. Itu diperlukan untuk menghindari
kontaminasi dari debu, partikel kimia atau bahkan mikroba pada peralatan
atau instrumen yang sedang dikerjakan.
Clean room sendiri menurut sejarah pertama kali dikembangkan oleh
fisikawan Amerika, Willis Whitfield dari Sandia National Laboratories.
Clean room yang dibuatnya sangat efektif.
Udara yang masuk ke clean room terlebih dulu disaring dari partikel debu
dan sebagainya kemudian secara teratur diresirkulasi melalui High Efficiency Particulate Air (HEPA) atau Ultra Low Penetration Air (ULPA) untuk menghilangkan kontaminan yang berasal dari dalam clean room.
Terkadang dalam clean room juga dilengkapi dengan ionizers untuk
mengatur kelembaban. Jika terjadi kebocoran gas dalam clean room, maka
kebocoran itu langsung bisa dikeluarkan melalui saluran yang berbeda
dengan saluran udara bersih.
Peralatan yang ada dalam clean room juga harus steril sebab bisa jadi
udara yang tadinya bersih menjadi tercemar akibat peralatan itu.
Ada beberapa standar yang banyak digunakan dalam desain clean room di
Amerika yakni US FED STD 209E cleanroom standards, ISO 14644-1 cleanroom
standards, BS 5295 cleanroom standards, dan GMP EU classification yang
mengatur tentang jumlah dan ukuran partikel yang dapat ditoleransi dalam
suatu volume udara. Berikut adalah macam-macam sistem aliran udara pada
clean room:
Aliran udara lurus searah pada clean room. Image credit: Rudolf Simon
Aliran udara berputar pada clean room. Image credit. Rudolf Simon
Instrumen yang perlu dikerjakan dalam clean room yakni instrumen yang
sangat sensitif dengan partikel asing, seperti instrumen laboratorium,
semikonduktor, bioteknologi dan sebagainya. Sebab jika instrumen itu
tercemari, maka hasil yang diharapkan dari kinerja instrumen itu juga
akan berbeda dan tidak sesuai dengan harapan.
Biasanya ilmuwan NASA mengerjakan satelit, wahana pengorbit, robot,
wahana penjelajah dan sebagainya dalam clean room ini. Salah satunya
adalah cermin (mirror) reflektor dari teleskop James Webb.
Sebuah cermin reflektor harus bersih dari partikel apapun agar bisa
memantulkan gelombang dan sinar secara maksimal sehingga obyek yang
sedang diamati bisa jelas terlihat dan data yang diproses bisa akurat.
Ilmuwan NASA memeriksa cermin reflektor teleskop James Webb yang akan dipasang.
Image credit: NASA
Ilmuwan NASA mengerjakan pembuatan wahana MSL (mars Science Laboratory)
atau wahana crane untuk menurunkan Curiosity di Mars. Image credit: NASA
Ilmuwan NASA sedang melakukan tes dan uji coba pada instrumen Curiosity.
Image credit: NASA
Sumber : astronomi.us
No comments:
Post a Comment