Dibandingkan olah raga lari, jalan kaki kurang populer di masyarakat dan
bahkan cenderung tidak dianggap sebagai olah raga. Padahal, jalan kaki punya kelebihan yang membuatnya cocok dilakukan oleh siapa saja.
"Lari itu memberikan beban lebih pada lutut dan persendian lainnya di kaki. Jalan kaki tidak, karenanya disebut low impact," kata dr Listya Tresnanti Mirtha, SpKO dari Fakultas Kedokteran Universita Indonesia.
Mengenai tren lari dan lomba maraton yang sedang sangat populer, dokter
yang akrab disapa dr Tata tersebut mengaku senang. Bagaimanapun, tren
lari di kalangan anak muda yang belakangan ini sangat populer turut
mempromosikan gaya hidup sehat yakni banyak bergerak.
Namun dr Tata mengingatkan bahwa tidak semua orang cocok untuk berlari.
Orang lanjut usia dan yang mempunyai masalah kelebihan berat badan tidak
boleh sembarangan ikut lari, harus ada pemeriksaan dari dokter untuk
memastikan fisiknya mendukung atau tidak.
"Bukan tidak boleh, tapi 3 bulan sebelumnya sudah harus persiapan.
Jangan mendadak ikut maraton. Lebih bagus lagi, periksa dulu ke dokter
olah raga," pesan dr Tata.
Jalan kaki dengan intensitas sedang, aman dilakukan sekalipun oleh
lansia dan orang gemuk. Jika rutin dilakukan selama 30 menit tiap hari,
risiko mengidap diabetes tipe 2 dan beragam komplikasinya bisa berkurang
hingga 30 persen.
Intensitas sedang saat berjalan, menurut dr Tata bisa diukur dari
kemampuan berbicara. Dikatakan mempunyai intensitas sedang jika saat
berjalan seseorang masih bisa berbicara, tetapi sudah tidak sanggup
untuk bernyanyi. "Patokannya adalah ngos-ngosan," kata dr Tata.
Sumber : detik
No comments:
Post a Comment