Namanya Nabila Ulamy Alya dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Saat kelas 1
SD suka usil menggganggu adiknya sehingga mendapat hukuman dari ayahnya.
jika membuat adiknya menangis, maka di buku yang telah disiapkan oleh Amanya, Nabila harus menulis kenapa membuat adik menangis.
jika membuat adiknya menangis, maka di buku yang telah disiapkan oleh Amanya, Nabila harus menulis kenapa membuat adik menangis.
“Jika Nabila bandel, Nabila harus menulis kenapa bandel. Ama
mengharuskan Nabila menulis di buku jika membuat adik menangis atau
Nabila bandel. Jika tidak menulis, Nabila tidak akan mendapatkan uang
jajan besoknya,” kisahnya kepada shnews.
Karena sering menulis kesalahan yang dibuatnya, Nabila semakin gemar menulis cerita pengalaman dirinya sehari-hari mulai dari pagi saat sekolah hingga malam hari. Malah, makin lama Nabila sudah merasa menulis bukan lagi hukuman, tapi dirinya tidak akan bisa tidur sebelum menggoreskan pena di buku yang diberikan khusus oleh ayahnya.
Setelah menulis cerita harian, Nabila diharuskan membaca ulang tulisannya tersebut. Karena merasa menarik, Nabila pun mulai belajar menulis cerita panjang, cerita pendek dan puisi. Terlebih Ama dan Ine (ibu) Nabila sangat mendukung bakat yang dimiliki Nabila.
Nabila pada awalnya lebih suka menulis tentang perjalanan ke luar negeri atau cerita-cerita tentang negara lain. Namun, karena nasihat dari ayahnya agar menulis tentang Aceh karena cukup banyak yang bisa ditulis di Aceh seperti tsunami dan lainnya, Nabila pun mulai tertarik dengan Aceh.
“Terlebih kalau Nabila mau menulis tentang tsunami, Ama pasti mengajak Nabila jalan ke tempat tsunami seperti PLTD Apung, kuburan massal dan tempat-tempat lainnya, sehingga Nabila punya banyak bahan atau ide untuk menulis,” ucap Nabila.
Ayah Nabila, Ali Abubakar yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di Fakultas Syariah, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh sangat mendukung anak sulungnya tersebut menulis, bahkan ia telah berusaha keras mencari penerbit saat novel pertama selesai ditulis Nabila.
“Saat itu, setelah Nabila selesai menulis novel pertamanya, sempat kebingungan mencari penerbit. Akhirnya kepala sekolah Nabila memperkenalkan Forum Lingkar Pena dan menganjurkan agar Nabila belajar ke sana. Setelah itu, FLP mencarikan penerbit untuk novel Nabila,” ungkap Ali Abubakar.
Nabila yang sekarang berumur 14 tahun (lahir 10 November 1999) telah menerbitkan enam buah novel.
“Sekarang saya sudah menulis enam novel, empat di antaranya diterbitkan Dar! Mizan untuk novel kategori Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK),” ungkapnya.
Salah satu novelnya yang menarik perhatian berjudul Tawa Annisa, bercerita tentang keluarga yang terpisahkan karena tsunami yang melanda Aceh pada penghujung tahun 2004. Sejumlah novel lainnya yangg sudah diterbitkan misalnya The Happy Party, Pelangi di Musim Kemarau, Kupu-kupu Misterius dan Lost in the Mirror.
Ada yang terinspirasi jadi penulis seperti Nabila?
Karena sering menulis kesalahan yang dibuatnya, Nabila semakin gemar menulis cerita pengalaman dirinya sehari-hari mulai dari pagi saat sekolah hingga malam hari. Malah, makin lama Nabila sudah merasa menulis bukan lagi hukuman, tapi dirinya tidak akan bisa tidur sebelum menggoreskan pena di buku yang diberikan khusus oleh ayahnya.
Setelah menulis cerita harian, Nabila diharuskan membaca ulang tulisannya tersebut. Karena merasa menarik, Nabila pun mulai belajar menulis cerita panjang, cerita pendek dan puisi. Terlebih Ama dan Ine (ibu) Nabila sangat mendukung bakat yang dimiliki Nabila.
Nabila pada awalnya lebih suka menulis tentang perjalanan ke luar negeri atau cerita-cerita tentang negara lain. Namun, karena nasihat dari ayahnya agar menulis tentang Aceh karena cukup banyak yang bisa ditulis di Aceh seperti tsunami dan lainnya, Nabila pun mulai tertarik dengan Aceh.
“Terlebih kalau Nabila mau menulis tentang tsunami, Ama pasti mengajak Nabila jalan ke tempat tsunami seperti PLTD Apung, kuburan massal dan tempat-tempat lainnya, sehingga Nabila punya banyak bahan atau ide untuk menulis,” ucap Nabila.
Ayah Nabila, Ali Abubakar yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di Fakultas Syariah, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh sangat mendukung anak sulungnya tersebut menulis, bahkan ia telah berusaha keras mencari penerbit saat novel pertama selesai ditulis Nabila.
“Saat itu, setelah Nabila selesai menulis novel pertamanya, sempat kebingungan mencari penerbit. Akhirnya kepala sekolah Nabila memperkenalkan Forum Lingkar Pena dan menganjurkan agar Nabila belajar ke sana. Setelah itu, FLP mencarikan penerbit untuk novel Nabila,” ungkap Ali Abubakar.
Nabila yang sekarang berumur 14 tahun (lahir 10 November 1999) telah menerbitkan enam buah novel.
“Sekarang saya sudah menulis enam novel, empat di antaranya diterbitkan Dar! Mizan untuk novel kategori Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK),” ungkapnya.
Salah satu novelnya yang menarik perhatian berjudul Tawa Annisa, bercerita tentang keluarga yang terpisahkan karena tsunami yang melanda Aceh pada penghujung tahun 2004. Sejumlah novel lainnya yangg sudah diterbitkan misalnya The Happy Party, Pelangi di Musim Kemarau, Kupu-kupu Misterius dan Lost in the Mirror.
Ada yang terinspirasi jadi penulis seperti Nabila?
Sumber : shnews
No comments:
Post a Comment